Saturday, March 24, 2012

Solusi Itu Ada Pada Masalah Itu Sendiri

 

oleh Ustadz Abu Ayyub

Segala puji hanya bagi Allah, shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda Rasulullah.

Sering kita mendengar orang mengatakan “Jangan lari dari masalah”. Ungkapan ini sering dimaksudkan agar kita selalu jantan menyelesaikan setiap masalah yang dihadapi, kalau saya menginginkan lebih dari itu, bukan hanya masalahnya harus diselesaikan tapi kita perlu secepat mungkin cepat maju dengan menjadi orang yang piawai dalam menyelesaikan masalah, bagaimana piawai dalam menghadapi masalah?

Ya jangan lari dari masalah karena masalah itu sendirilah solusinya.

Masalah anda pada keuangan?

Bersedekahlah.

Ingin cepat punya pasangan hidup?

Bantulah orang lain agar cepat bisa menikah. Bisa dengan membantu mencarikan atau membiayai.

Ingin cepat punya keturunan?

Bantulah orang lain yang senasib, atau ikutlah menafkahi orang yang punya anak. Lebih utama anak yatim dan anak fakir miskin.

Ingin cepat kerja?

Bantulah pengangguran.

Ingin cepat lulus kuliah?

Bantulah teman-teman anda menyelesaikan tugas akhirnya atau bantulah biayanya.

Ingin cepat naik pangkat?

Promosikan teman-teman anda pada atasan yang layak naik pangkat.

Ingin panjang umur?

Berbuat baiklah pada orang lain dengan apa yang kita miliki.

Ingin bahagia dalam hidup?

Bahagiakanlah orang-orang disekitar anda.

Ingin masuk surga?

Ajak-ajaklah orang lain agar masuk surga.

So solusi dari masalah anda ada pada masalah itu sendiri.

مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ اَلدُّنْيَا, نَفَّسَ اَللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ اَلْقِيَامَةِ

“Barangsiapa melepaskan kesusahan seorang mukmin dari kesusahan dunia maka Allah akan melepaskan kesusahannya pada hari kiamat“. (HR. Muslim)

وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ, يَسَّرَ اَللَّهُ عَلَيْهِ فِي اَلدُّنْيَا وَالآخِرَةِ

“Barangsiapa memberi kemudahan orang yang dalam kesulitan maka Allah akan memudahkan didunia dan diakhirat”. (HR. Muslim)

مَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا فِى الدُّنْيَا، سَتَرَهُ اللَّهُ فِى الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ

“Barangsiapa menutup aib seorang muslim, maka Allah akan menutup aibnya didunia dan diakhirat” (HR. Muslim)

وَاَللَّهُ فِي عَوْنِ اَلْعَبْدِ مَا كَانَ اَلْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ

“Dan Allah selalu menolong hamba selama hamba menolong saudaranya”. (HR. Muslim)

مَنْ أَقَالَ مُسْلِمًا ، أَقَالَهُ اللَّه عَثْرَتَهُ

“Barangsiapa yang menerima pembatalan jual beli seorang muslim maka Allah menerima pembatalan kesalahannya”. (HR. Abu Daud & Ibnu Majah)

مَنْ تَتَبَّعَ عَوْرَةَ أَخِيهِ تَتَبَّعَ الله عَوْرَتَهُ ، وَمَنْ تَتَبَّعَ الله عَوْرَتَهُ يَفْضَحْهُ فِي جَوْفِ بَيْتِهِ

“Barangsiapa mencari-cari aib saudaranya niscaya Allah akan mencari-cari aibnya, dan barang siapa yang aibnya dicari-cari oleh Allah niscaya Allah akan mempermalukan dia meskipun dia berada di dalam rumahnya sendiri.” (HR. Abu Daud no. 4236 dan At-Tirmizi no. 2032)

مَنْ ضَارَّ مُسْلِمًا ضَارَّهُ اَللَّهُ

“Barangsiapa merugikan seorang muslim maka Allah merugikannya” (HR. Abu Daud & Tirmidzi)

وَمَنْ شَاقَّ مُسَلِّمًا شَقَّ اَللَّهُ عَلَيْهِ

“Barangsiapa mempersulit urusan seorang muslim maka Allah akan mempersulit urusannya” (HR. Abu Daud & Tirmidzi)

مَا مِنِ امْرِئٍ يَخْذُلُ امْرَأً مُسْلِمًا فِى مَوْضِعٍ تُنْتَهَكُ فِيهِ حُرْمَتُهُ وَيُنْتَقَصُ فِيهِ مِنْ عِرْضِهِ إِلاَّ خَذَلَهُ اللَّهُ فِى مَوْطِنٍ

يُحِبُّ فِيهِ نُصْرَتَهُ وَمَا مِنِ امْرِئٍ يَنْصُرُ مُسْلِمًا فِى مَوْضِعٍ يُنْتَقَصُ فِيهِ مِنْ عِرْضِهِ وَيُنْتَهَكُ فِيهِ مِنْ حُرْمَتِهِ إِلاَّ

نَصَرَهُ اللَّهُ فِى مَوْطِنٍ يُحِبُّ نُصْرَتَهُ. أخرجه أبو داود.

“Tidaklah seseorang menelantarkan seorang muslim pada saat dinodai harga dirinya dan dirusak kehormatannya maka Allah akan menelantarkan disaat dia suka seandainya ditolong. Tidaklah seseorang menolong seorang muslim pada saat dinodai harga dirinya dan dirusak kehormatannya maka Allah akan menolongnya disaat dia suka seandainya ditolong.” (HR. Abu Daud)

مَنْ سَمَحَ سَمَحَ اللَّهُ لَهُ

“Barangsiapa yang bertoleransi maka Allah akan bertoleransi kepadanya” (Al I’lam Ibnul Qoyyim)

الرَّاحِمُونَ يَرْحَمُهُمْ الرَّحْمَنُ

“Dan orang-orang yang mengasihi maka akan dikasihi oleh yang Maha Pengasih” (Fathul Bari)

إِنَّمَا يَرحمُ اللهُ مِن عِبَادِهِ الرُّحمَاءَ

“Sesungguhnya Allah hanya akan menyayangi hamba-hambaNya yang kasih sayang” (HR. Al Bukhari dan Muslim)

اِرْحَمُوا أَهْلَ الْأَرْضِ يَرْحَمُكُمْ أَهْلُ السَّمَاءِ

“Sayangilah penduduk bumi maka kalian akan disayangi penduduk langit” (HR. At Thabrani)

أَنْفِقْ يَا ابْنَ آدَمَ أُنْفِقْ عَلَيْكَ

“Berinfaqlah wahai manusia maka kamu akan diinfaqi oleh Allah“. (HR. Al Bukhari)

مَنْ أَوْعَى أَوْعَى عَلَيْهِ

“Barangsiapa memberi maka dia akan diberi” (Al I’lam Ibnul Qoyyim)

لاَ يَزَالُ اللَّهُ فِي حَاجَةِ الْعَبْدِ مَا دَامَ الْعَبْدُ فِي حَاجَةِ أَخِيهِ

“Allah senantiasa memenuhi kebutuhan hamba selama hamba memenuhi kebutuhan saudaranya” (HR. At Thabrani)

مَنْ عَفَا عَنْ حَقِّهِ عَفَا اللَّهُ لَهُ عَنْ حَقِّهِ

“Barangsiapa yang menggugurkan haknya maka Allah akan menggugurkan baginya hak-haknya” (Al I’lam Ibnul Qoyyim).

مَنْ تَجَاوَزَ تَجَاوَزَ اللَّهُ عَنْهُ

“Barangsiapa memaafkan maka Allah akan memaafkannya” (Al I’lam Ibnul Qoyyim).

مَنْ اسْتَقْصَى اسْتَقْصَى اللَّهُ عَلَيْهِ

“Barangsiapa terlalu perhitungan dalam kebaikan maka Allah akan perhitungan pula kepadanya” (Al I’lam Ibnul Qoyyim).

هَلْ جَزَاءُ الإِحْسَانِ إِلاَّ الإِحْسَانُ

“Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula)” (QS Arrahman: 60).

وَلِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأَرْضِ لِيَجْزِيَ الَّذِينَ أَسَاءُوا بِمَا عَمِلُوا وَيَجْزِيَ الَّذِينَ أَحْسَنُوا بِالْحُسْنَى

“Dan Hanya kepunyaan Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi supaya dia memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat jahat terhadap apa yang Telah mereka kerjakan dan memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik dengan pahala yang lebih baik (syurga)” (QS. An Najm:31)

ثُمَّ كَانَ عَاقِبَةَ الَّذِينَ أَسَاءُوا السُّوأَى

“Kemudian, akibat orang-orang yang mengerjakan kejahatan adalah (azab) yang lebih buruk” (QS. Ar Rum: 10)

لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا الْحُسْنَى وَزِيَادَةٌ

“Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya”. (QS. Yunus:26)

Cara solutif yang jangan anda lupakan adalah doakan orang-orang yang mempunyai masalah sama dengan kita.

دعاء المرء المسلم مستجاب لأخيه بظهر الغيب عند رأسه ملك موكل به كلما دعا لأخيه بخير قال الملك آمين

ولك مثل ذلك

“Do’a seorang muslim adalah mustajab saat mendo’akan saudaranya tanpa sepengetahuannya, Malaikat yang ditugaskan mengawasi disamping kepalanya saat seorang itu mendo’akan kebaikan untuk saudaranya Malaikat mengatakan “amin” dan bagimu mendapat seperti itu” (HR. Muslim)

الجزاء من جنس العمل

“Balasan selalu sesuai dengan amalannya”. Allahu a’lam

Friday, March 23, 2012

Cara Tidur Rasulullah SAW

bismillahirrahmanirrahim
Tidur adalah salah satu kebutuhan terpenting bagi tubuh dan jiwa kita, sekaligus merupakan nikmat dari Allah SWT yang tidak ternilai. Sayangnya tidak semua orang mengerti bagaimana cara tidur yang berkualitas tinggi seperti halnya Rasulullah Muhammad SAW. Berikut ini adalah tips singkat mengenai bagaimana cara beliau ketika akan tidur dan ketika bangun tidur, semoga bisa kita ikuti
Ketika akan tidur:

  1. Berwudhu-lah seperti wudhu ketika akan sholat;
  2. Bacalah do’a sebelum tidur. Pilihlah salah satu dari contoh doa Rasulullah SAW di bawah ini:
    1. Bismika Allahumma Amut wa Ahyaa“, yang artinya: “Dengan nama-Mu ya Allah aku mati dan hidup”;
    2. Robbi qinii ‘adzaabaka yawma tab’atsu ‘ibaadaka“, yang artinya: “Ya Robbi, peliharalah aku dari azab-Mu pada hari Kau bangkitkan seluruh hamba-Mu”;
    3. Alloohumma bismika amuutu wa ahyaa“, yang artinya: “Ya Allah, dengan Asma-Mu aku mati dan aku hidup”;
    4. Allahumma aslamtu nafsii ilaika wawajjahtu wajhi ilaika wafawwadhtu amrii ilaika wa alja’tu zhahrii ilaika raghbatan warahbatan ilaika laa malja-a walaa manja-a minka illaa ilaika. Aamantu bikitaabikalladzii anzalta wanabiyyikal ladzii arsalta“, yang artinya: “Wahai Allah, saya menyerahkan diriku kepada-Mu, menghadapkan mukaku kepada-Mu, menyerahkan semua urusanku kepada-Mu, dan menyandarkan punggungku kepada-Mu dengan penuh harapan dan takut kepada-Mu, tidak ada tempat berlindung dan menyelamatkan diri dari siksaan-Mu kecuali hanya kepada-Mu. Saya beriman dengan kitab yang Engkau turunkan dari nabi yang Engkau utus”.
  3. Bacalah surat Al-Ikhlas, Al-Falaq dan An-Naas dalam posisi berbaring. Aisyah ra berkata bahwa Rasulullah membaca ketiga surat tersebut setelah mengumpulkan kedua telapak tangannya dan meniupnya. Kemudian setelah selesai membaca, beliau mengusapkan kedua tangannya 3x ke seluruh badan yang mampu diusap, dengan dimulai dari kepala, muka, dan bagian depan badannya;
  4. Berbaringlah dengan memiringkan tubuh ke arah kanan;
  5. Letakkan tangan kanan di bawah pipi sebelah kanan;
  6. Dan tidurlah dengan tenang dan damai

Ketika bangun tidur:

  1. Berdoalah dengan doa yang beliau ajarkan ini: “Alhamdu lillaahil-lladzii ahyaanaa ba’da maa amaatanaa wa ilayhin-nusyuur“, yang artinya: “Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah kami mati, dan kepada-Nya kami kembali”;
  2. Usaplah bekas tidur dari wajah dengan tangan;
  3. Hiruplah air ke dalam hidung lalu keluarkan (semburkan) kembali. Ini disebut beristinsyaq dan beristintsaar;
  4. Sikat gigi (bersiwak);

Hal lain yang penting tentang cara tidur beliau:

  1. Tidurlah di awal malam setelah sholat Isya
  2. Jangan pernah tidur dalam posisi tengkurap (perut ada di bawah)

Nah, mudah kan? Silahkan dipraktekkan
alhamdulillahirabbilalamin
Referensi:

  1. “Apabila engkau hendak mendatangi pembaringan (tidur), maka hendaklah berwudhu terlebih dahulu sebagaimana wudhumu untuk melakukan sholat.” (HR. Al-Bukhari No. 247 dan Muslim No. 2710)
  2. Dari al-Barra` bin Azib, Rasulullah Muhammad saw pernah bersabda, “Apabila kamu hendak tidur,maka berwudhulah (dengan sempurna) seperti kamu berwudhu untuk shalat, kemudian berbaringlah di atas sisi tubuhmu yang kanan”.
  3. Al-Bara’ bin ‘Azib ra. berkata: “Sesungguhnya Rasulullah Muhammad saw bila berbaring di tempat tidurnya, beliau letakkan telapak tangannya yang kanan di bawah pipinya yang kanan, seraya berdoa: Robbi qinii ‘adzaabaka yawma tab’atsu ‘ibaadaka (Ya Robbi, peliharalah aku dari azab-Mu pada hari Kau bangkitkan seluruh hamba-Mu).” (HR. At Tarmidzi)
  4. Hudzaifah ra. berkata: “Bila Rasulullah Muhammad saw berbaring di tempat tidurnya, maka beliau berdoa: Alloohumma bismika amuutu wa ahyaa (Ya Allah, dengan Asma-Mu aku mat dan aku hidup). Dan jika bangun dari tidurnya beliau berdoa: Alhamdu lillaahil-lladzii ahyaanaa ba’da maa amaatanaa wa ilayhin-nusyuur (Segala puji bagi Allah, yang telah menghidupkan daku kembali setelah mematikan daku, dan kepada-Nya tempat kembali).” (HR. At Tarmidzi)
  5. Dari Al Barra’ bin Azib ra berkata, “Apabila Rasulullah saw berada pada tempat tidurnya dan akan tidur maka beliau miring ke sebelah kanan, kemudian membaca: “Allahumma aslamtu nafsii ilaika wawajjahtu wajhi ilaika wafawwadhtu amrii ilaika wa alja’tu zhahrii ilaika raghbatan warahbatan ilaika laa malja-a walaa manja-a minka illaa ilaika. Aamantu bikitaabikalladzii anzalta wanabiyyikal ladzii arsalta (Wahai Allah, saya menyerahkan diriku kepada-Mu, menghadapkan mukaku kepada-Mu, menyerahkan semua urusanku kepada-Mu, dan menyandarkan punggungku kepada-Mu dengan penuh harapan dan takut kepada-Mu, tidak ada tempat berlindung dan menyelamatkan diri dari siksaan-Mu kecuali hanya kepada-Mu. Saya beriman dengan kitab yang Engkau turunkan dari nabi yang Engkau utus.” (HR. Bukhari)
  6. “Berbaringlah di atas rusuk sebelah kananmu.” (HR. Al-Bukhari no. 247 dan Muslim no. 2710)
  7. Dari al-Barra` bin Azib, Rasulullah Muhammad saw pernah bersabda, “Apabila kamu hendak tidur,maka berwudhulah (dengan sempurna) seperti kamu berwudhu untuk shalat, kemudian berbaringlah di atas sisi tubuhmu yang kanan”.
  8. “Rasulullah Muhammad saw apabila tidur meletakkan tangan kanannya di bawah pipi kanannya.” (HR. Abu Dawud no. 5045, At Tirmidzi No. 3395, Ibnu Majah No. 3877 dan Ibnu Hibban No. 2350)
  9. Aisyah ra. berkata: “Bila Rasulullah Muhammad saw berbaring di tempat tidurnya, beliau kumpulkan kedua telapak tangannya, lalu meniup keduanya dan dibaca pada keduanya surat Al-Ikhlash, Al-Falaq, dan An-Naas. Kemudian disapunya seluruh badan yang dapat disapunya dengan kedua tangannya. Beliau mulai dari kepalanya, mukanya dan bagian depan dari badannya. Beliau lakukan hal ini sebanyak tiga kali.” (HR. At Tarmidzi)
  10. “Beliau saw tidur di awal malam dan menghidupkan akhir malam.” (Mutafaq ‘Alaih)
  11. “Bahwasanya Rasulullah Muhammad saw membenci tidur malam sebelum (sholat Isya) dan berbincang-bincang (yang tidak bermanfaat) setelahnya.” (Hadist Riwayat Al-Bukhari No. 568 dan Muslim No. 647 (235))
  12. “Sesungguhnya (posisi tidur tengkurap) itu adalah posisi tidur yang dimurkai Allah Azza Wa Jalla.” (HR. Abu Dawud dengan sanad yang shohih)
  13. “Maka bangunlah Rasulullah Muhammad saw dari tidurnya kemudian duduk sambil mengusap wajah dengan tangannya.” (HR. Muslim No. 763 (182)
  14. “Apabila salah seorang di antara kalian bangun dari tidurnya, maka beristintsaarlah tiga kali karena sesunggguhnya syaitan bermalam di rongga hidungnya.” (HR. Bukhari No. 3295 dan Muslim No. 238)
  15. “Apabila Rasulullah Muhammad saw bangun malam membersihkan mulutnya dengan bersiwak.” (HR. Al Bukhari No. 245 dan Muslim No. 255)

Sumber :  http://cara-muhammad.com/perilaku/cara-tidur/

Cara Berkomunikasi dan Mendidik Janin (Bacaan Wajib Ibu Hamil)

 

Berkomunikasi dengan anak sebetulnya sudah dapat dimulai sejak dini bahkan ketika anak masih menjadi janin dalam perut ibu. Dengan menyadari bahwa orangtua dapat berkomunikasi dengan janin dalam kandungan akan memberikan ikatan hubungan yang lebih dekat dan juga menjadi sebuah pengalaman yang begitu menyenangkan yang tidak dapat terlupakan.

Ada beberapa komunikasi yang dapat dilakukan orangtua kepada janin yang dikandungnya, tentunya dengan mengetahui pertumbuhan dan perkembangan pembentukan indera-indera janin, sehingga komunikasi dapat tepat dilakukan.

Indera Peraba
Indera Peraba ini berkembang sebelum minggu ke 8. Ketika janin bergerak dan telapak tangan atau kakinya tampak pada perut ibu, sentuhlah dia, berikan perasaan lembut dan kasih sayang kepadanya, sehingga ia merasakan kelembutan, rasa cinta dan kasih sayang dari orangtuanya. Rasa cinta dan kasih sayang dari orangtua yang dia rasakan akan memberikan ketenangan pada janin anda.

...Rasa cinta dan kasih sayang dari orangtua yang dia rasakan akan memberikan ketenangan pada janin anda...

Indera Pendengaran
Indera pendengaran mulai berkembang pada minggu ke 8 dan selesai pembentukan pada minggu ke 24. Indera pendengaran ini juga dibantu oleh air ketuban yang merupakan penghantar suara yang baik.

Janin akan mulai mendengar suara aliran darah melalui plasenta, suara denyut jantung dan suara udara dalam usus. Selain itu janin akan bereaksi terhadap suara-suara keras, bahkan bisa membuat janin terkejut melompat.

Pada minggu ke 25 janin sudah dapat mendengar dan mengenali suara orang-orang terdekatnya seperti ibu dan ayahnya. Lakukanlah komunikasi dengannya meskipun hanya satu arah, bertilawah quranlah orangtua, bacakan cerita atau berbicalah dengan janin untuk  lebih mendekatkan diri janin dengan orangtuanya dan lebih mengenal suara dari orangtuanya.

...orangtua yang sedang marah akan memberikan reaksi marah pula pada janin, sebaliknya alunan tilawah Al-Qur'an yang lembut dapat menenteramkan janin...

Bahkan orangtua yang sedang marah akan memberikan reaksi marah pula pada janin, sebaliknya alunan tilawah Al-Qur'an yang lembut dapat menenteramkan janin.

Indera Perasa
Indera perasa janin akan terbentuk pada minggu ke 13-15. Pada usia ini janin dapat merasakan substansi yang pahit dan manis. Jika, cairan ketuban yang dia rasakan manis, maka dia akan meminumnya dan menelannya. Namun jika air ketuban yang dia rasakan terasa pahit, janin akan meronta dan mengeluarkannya, serta janin akan menghentikan konsumsinya tsb..

Indera Penciuman
Indera penciuman akan terbentuk pada usia kehamilan 11 - 15 minggu. Ketika indera penciuman ini terbentuk, janin dapat mencium dari bau air ketuban yang baunya mirip seperti ibunya. Makanya ketika bayi terlahir, dalam beberapa jam ia akan mengenali siapa ibunya berdasar dari indera penciuman ini.

Indera Penglihatan
Dari awal kehamilan hingga usia ke 26 mata bayi akan selalu tertutup untuk memproduksi retina, namun meskipun demikian retina janin pada usia kehamilan 16 minggu dapat mendeteksi adanya pancaran sinar.

Pada usia kehamilan di minggu 27,  janin mulai membuka matanya dan melihat ke sekelilingnya untuk pertama kalinya. Mata janin dapat menangkap cahaya yang masuk ke dalam rahim ibunya, baik itu sinar matahari atau sinar lampu. Selain itu otak janin akan bereaksi terhadapa kelap-kelip cahaya
Jadi, janin dapat bereaksi terhadap berbagai rangsangan yang datang dari luar bahkan dalam tubuh ibu. Oleh karena itu sudah seharusnya lingkungan tempat tinggal, tingkah laku dan tutur kata ibu yang tengah mengandung harus selalu dijaga. Segala sesuatu yang dilihat dan didengar sendiri, baik itu perasaan suka, marah, sedih dan senang, sudah pasti memberi pengaruh bagi perkembangan si janin.

...manfaatkan sepenuhnya keunikan janin ini, untuk memberikan pendidikan sedini mungkin dan pengaruh baik secara berangsur-angsur dengan penuh semangat mendorong maju pertumbuhan dan kesehatan jiwa dan raga janin...

Jangan mengira bahwa janin belum memiliki perasaan, sehingga dengan sengaja tidak membatasi diri. Maka dari itu manfaatkan sepenuhnya keunikan janin ini, untuk memberikan pendidikan sedini mungkin dan pengaruh baik secara berangsur-angsur dengan penuh semangat mendorong maju pertumbuhan dan kesehatan jiwa dan raga janin. [nala/bidanku.com]

Sumber :  http://www.voa-islam.com/muslimah/pendidikan/2010/04/20/5273/cara-berkomunikasi-dan-mendidik-janin-%28bacaan-wajib-ibu-hamil/

Kala Ali terlambat subuh berjamaah

dakwatuna.com – Dini hari itu Ali bin ABi Thalib bergegas bangun untuk mengerjakan shalat Subuh berjamaah di masjid bersama Rasulullah. Rasulullah tentulah sudah berada di sana. Rasanya, hampir tidak pernah Rasulullah keduluan orang lain dalam berbuat kebaikan. Tidak ada yang istimewa karena memang itulah aktivitas yang sempurna untuk memulai hari, dan bertahun-tahun lamanya Ali bin Abi Thalib sudah sangat terbiasa.

Langit masih gelap, cuaca masihlah dingin, dan jalanan masih pula diselimuti kabut pagi yang turun bersama embun. Ali melangkahkan kakinya menuju masjid. Dari kejauhan, lamat-lamat sudah terdengar suara Bilal memanggil-manggil dengan adzannya yang berkumandang merdu ke segenap penjuru Kota Madinah.

Namun belumlah begitu banyak melangkah, di jalan menuju masjid, di hadapannya ada sesosok orang. Ali mengenalinya sebagai seorang kakek tua yang beragama Yahudi. Kakek tua itu melangkahkan kakinya teramat pelan sekali. Itu mungkin karena usianya yang telah lanjut. Tampak sekali ia sangat berhati-hati menyusuri jalan.

Ali sebenarnya sangat tergesa-gesa. Ia tidak ingin tertinggal mengerjakan shalat tahyatul masjid dan qabliyah Subuh sebelum melaksanakan shalat Subuh berjamaah bersama Rasulullah dan para sahabat lainnya.

Ali paham benar bahwa Rasulullah mengajarkan supaya setiap umat muslim menghormati orang tua. Siapapun itu dan apapun agamanya. Maka, Ali pun terpaksa berjalan di belakang kakek itu. Tapi apa daya, si kakek berjalan amat lamban, dan karena itu pulalah langkah Ali jadi melambat. Kakek itu lemah sekali, dan Ali tidak sampai hati untuk mendahuluinya. Ia khawatir kalau-kalau kakek Yahudi itu terjatuh atau kena celaka.

Setelah sekian lamanya berjalan, akhirnya waktu mendekati masjid, langit sudah mulai terang. Kakek itu melanjutkan perjalanannya, melewati masjid.

Ketika memasuki masjid, Ali menyangka shalat Subuh berjamaah sudah usai. Ia bergegas. Ali terkejut sekaligus gembira, Rasulullah dan para sahabat masih rukuk pada rakaat yang kedua. Berarti Ali masih punya kesempatan untuk memperoleh shalat berjamaah. Jika masih bisa menjalankan rukuk bersama, berarti ia masih mendapat satu rakaat shalat berjamaah.

Sesudah Rasulullah mengakhiri shalatnya dengan salam, Umar bin Khattab memberanikan diri untuk bertanya. “Wahai Rasulullah, mengapa hari ini shalat Subuhmu tidak seperti biasanya? Ada apakah gerangan?”

Rasulullah balik bertanya, “Kenapakah, ya Umar? Apa yang berbeda?”

“Kurasa sangat lain, ya Rasulullah. Biasanya engaku rukuk dalam rakaat yang kedua tidak sepanjang pagi ini. Tapi tadi itu engkau rukuk lama sekali. Kenapa?”

Rasulullah menjawab, “Aku juga tidak tahu. Hanya tadi, pada saat aku sedang rukuk dalam rakaat yang kedua, Malaikat Jibril tiba-tiba saja turun lalu menekan punggungku sehingga aku tidak dapat bangun iktidal. Dan itu berlangsung lama, seperti yang kau ketahui juga.”

Umar makin heran. “Mengapa Jibril berbuat seperti itu, ya Rasulullah?”

Nabi berkata, “Aku juga belum tahu. Jibril belum menceritakannya kepadaku.”

Dengan perkenaan Allah, beberapa waktu kemudian Malaikat Jibril pun turun. Ia berkata kepada Nabi saw., “Muhammad, aku tadi diperintahkan oleh Allah untuk menekan punggunmu dalam rakaat yang kedua. Sengaja agar Ali mendapatkan kesempatan shalat berjamaah denganmu, karena Allah sangat suka kepadanya bahwa ia telah menjalani ajaran agamaNya secara bertanggung jawab. Ali menghormati seorang kakek tua Yahudi. Dari pegnhormatannya itu sampai ia terpaksa berjalan pelan sekali karena kakek itupun berjalan pelan pula. Jika punggungmu tidak kutekan tadi, pasti Ali akan terlambat dan tidak akan memperoleh peluang untuk mengerjakan shalat Subuh berjamaah denganmu hari ini.”

Mendengar penjelasan Jibril itu, mengertilah kini Rasulullah. Beliau sangat menyukai perbuatan Ali karena apa yang dilakukannya itu tentunya menunjukkan betapa tinggi penghormatan umat Islam kepada orang lain. Satu hal lagi, Ali tidak pernah ingin bersengaja terlambat atau meninggalkan amalan shalat berjamaah. Rasulullah menjelaskan kabar itu kepada para sahabat.

Sumber: http://www.dakwatuna.com/2007/02/117/kala-ali-telat-subuh-berjamaah/#ixzz1pz8DsQkh

Sunday, March 11, 2012

28 Langkah menuju kebahagiaan oleh Sheikh `A'id Al-Qarni

 

Berikut ini adalah tips-tips untuk mencapai kebahagiaan yang diberikan oleh Sheikh `A'id Al-Qarni (Pengarang buku La Tahzan / Jangan bersedih):

1. Apabila anda berada pada pagi hari, jangan menunggu datangnya waktu sore. Hiduplah dalam batasan hari ini saja. Curahkan perhatian anda untuk memperbaiki hari ini. Hal ini dijelaskan dalam hadits berikut:

"Ketika kamu di sore hari, jangan mengharap untuk melihat esok pagi, dan ketika anda di pagi hari jangan mengharap untuk melihat sore hari."(Al-Bukhari)

2. Lupakan masa lalu dan semua yang pernah terjadi, karena perhatian yang

terpaku pada yang telah lewat dan selesai merupakan kebodohon.

3. Biarkan masa depan datang dengan sendirinya. Jangan mencemaskan hari esok, kerana jika anda telah memperbaiki hari ini, pastilah hari esok akan baik pula.

4. Jangan mudah tergoncang pada kritikan. Jadilah orang yang teguh pendirian dan sadarilah bahwa kritikan itu akan mengangkat harga diri Anda setara dengan kritikan tersebut.

5. Yakinlah kepada Allah SWT dan berbuat baik; kedua hal itu adalah resep agar hidup anda lancar dan bahagia.

6. Ketahuilah, bahwa dengan dzikir kepada Allah, hati menjadi tenang dan dosa akan terhapus. Dengan dzikir pula, Zat Yang Maha Mengetahui segala hal yang ghaib akan meridhai dan segala kesusahan akan sirna.

7. Anda harus tahu dengan pasti bahwa semua yang terjadi telah sesuai qada' nya.

8. Jangan pernah mengharap ucapan terima kasih dari orang lain. Cukup bagi anda pahala yang diberikan oleh Dzat tempat bergantung semua makhluk. Anda tak perlu takut kepada orang kufur, pendendam, dan iri.

9. Persiapkan diri Anda untuk menerima kemungkinan terburuk

10. Mungkin yang telah terjadi adalah yang terbaik untuk anda meskipun anda belum memahaminya kenapa bisa seperti itu.

11. Semua qadha’ bagi seseorang muslim baik adanya.

12. Hitunglah segala nikmat yang telah Allah berikan kepada anda dan bersyukurlah atas nikmat-nikmat tersebut.

13. Keadaan anda lebih baik dibanding yang lain.

14. Kemudahan selalu ada bahkan di tiap kesusahan akan ada kemudahan.

15. Ketika dalam kesulitan seseorang harus selalu shalat dan berdoa sedangkan ketika diberikan kemudahan seseorang harus bersyukur dan berterimakasih.

16. Bencana-bencana yang datang menguji anda semestinya memperkuat hati anda dan membentuk kembali pandangan anda dalam cara yang positif.

17. Jangan biarkan hal-hal yang sepele menjadi sebab kehancuran anda.

18. Selalu ingat bahwa Tuhanmu adalah Maha Pengampun.

19. Kembangkan sikap luwes dan hindari marah.

20. Kehidupan ini tak lebih hanya sekedar roti, air dan bayangan. Maka tak usahlah bersedih jika semua itu ada.

(Dan di langit terdapat (sebab-sebab) rezkimu dan

terdapat (pula) apa yang dijanjikan kepadamu.) (Adz-Dzaariyaat 51: 22)

21. Sesuatu yang paling jahat yang semestinya terjadi akhirnya tidak pernah terjadi.

22. Lihatlah mereka yang diberikan kesusahan lebih daripada kita dan bersyukurlah bahwa kita diberikan sedikit kesusahan dibanding mereka.

23. Camkan di pikiran bahwa Allah SWT mencintai mereka yang tabah dalam menghadapi ujian, jadilah seperti salah satu dari mereka.

24. Secara rutin ucapkanlah doa yang telah diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW ketika kita menjalani masa-masa sulit.

25. Bekerja keraslah pada sesuatu yang menghasilkan dan jauhi kemalasan.

26. Jangan menyebarkan gosip dan jangan pula mendengarkannya. Jika anda mendengar gosip secara tidak sengaja maka janganlah mempercayainya.

27. Ketahuilah bahwa kebencian dan usaha anda untuk membalas dendam lebih berbahaya bagi kesehatan anda sendiri dibandingkan ke musuh anda.

28. Kesukaran yang menimpamu akan menghapus dosa-dosamu seandainya kamu bersabar.

Sumber: Islamonline

Buktikan Keajaiban Sedekah

 

Siapa yang ingin usaha maju mendapat keuntungan yang berlipat-lipat? Ayo Berinfaq!

Siapa yang ingin penyakit segera sembuh? Ayo Berinfaq!

Siapa yang ingin cepet dapet jodoh? Ayo Berinfaq!

Siapa yang ingin urusannya dimudahkan? Ayo Berinfaq!

Siapa yang ingin ujiannya lulus? Ayo Berinfaq!

Berapakah seharusnya saya berinfaq?

Inilah rumus matematika sedekah.

Siapa yang menginkan 10, infaqkan saja 1

Siapa menginfaqkan 1, ia akan dapat 10

Jika anda punya uang 1 juta dan ingin mendapatkan uang dua juta, cukup anda infaqkan 200 ribu, namun jika anda menginginkan yang 10 juta, infaqkan saja semuanya yang satu juta.

Jika perusahaan menginginkan keuntungan hingga seratus maka anda mesti menginfaqkan sebesar sepuluh juta, atau jika perusahaan anda keuntungannya bersih 1 milyar menginginkan penambahan keuntungan hingga 2 milyar, perusahaan anda mesti keluarkan infaq 200 juta.

Jika anda sakit, dan sang dokter memberikan rincian biaya yang mesti dikeluarkan selama 1 bulan perawatan adalah 100 juta, maka untuk mempercepat kesembuhan infaqkan saja 10 juta

Inilah kiranya matematika sedekah. Dimana ketika kita memberi dari apa yang kita punya, Allah justru akan mengembalikan lebih banyak lagi. Matematika sedekah di atas, matematika sederhana yang diambil dari Quran Surat Al-An`am ayat 160, Allah menjanjikan balasan 10x lipat bagi mereka yang mau berbuat baik (sedekah).

Jadi, ketika kita punya 10, lalu kita sedekahkan 1 di antara yang sepuluh itu, maka hasil akhirnya bukan 9, melainkan 19. Sebab yang satu, yang kita keluarkan, dikembalikan Allah sepuluh kali lipat.

Bagi mereka yang mau bersedekah dengan lebih besar, tentu akan lebih banyak lagi yang didapatnya. Sebab Allah menjanjikan balasan berkali-kali lipat, bahkan dalam Quran Surat Al-Baqarah ayat 261, Allah menjanjikan hingga 700x lipat.

Tinggallah kita yang kemudian membuka mata, bahwa pengembalian Allah itu bentuknya apa? Bukalah mata hati, dan kembangkan ke-husnudzdzan-an (positive thinking) ke Allah, bahwa Allah pasti membalas dengan balasan yang pas buat kita.

2.5 % Tidaklah Cukup

Barangkali sekarang ini zamannya minimalis. Sehingga ke sedekah juga hitung-hitungannya jadi minimalis. Angka yang biasa diangkat, 2,5%. Jika kita coba ilustrasikan, dengan perkalian sepuluh kali lipat, bahwa sedekah minimalis itu tidak punya pengaruh yang signifikan.

Contoh berikut ini, adalah seorang karyawan yang punya gaji 1juta. Dia punya pengeluaran rutin 2 juta. Kemudian dia bersedekah 2,5% dari penghasilan yang 1juta itu. Maka perhitungannya adalah: 2,5% dari 1.000.000 = 25.000. Maka yang tercatat: 1.000.000 – 25.000 = 975.000.

Angka 975.000 bukan hasil akhir. Allah akan mengembalikan lagi yang 2,5% yang dikeluarkan sebanyak sepuluh kali lipat, atau sebesar 250.000. Sehingga dia bakal mendapatkan rizki min haitsu laa yahtasib (rizki tak terduga) sebesar: 975.000 + 250.000 = 1.225.000.

Jadi, “hasil akhir” dari perhitungan sedekah 2,5% dari 1juta, hanya Rp. 1.225.000,-. Angka ini masih jauh dari pengeluaran dia yang sebesar Rp.2 juta. Jadi, jika dia sedekahnya 2,5%, dia harus mencari sisa Rp. 775.000 untuk menutupi kebutuhannya.

Maka sedekah 2,5% itu tidaklah cukup. Hasilnya akan lebih besar bila sedekah 10%.

perhitungannya adalah : 10% dari 1.000.000 = 100.000. Maka yang tercatat : 1.000.000 – 100.000 = 900.000.

Ingatlah, angka 900.000 itu bukanlah hasil akhir. Allah akan mengembalikan lagi yang 2,5% yang dia keluarkan sebanyak sepuluh kali lipat, atau dikembalikan sebesar 1.000.000. Sehingga dia bakal mendapatkan rizki min haitsu laa yahtasib (rizki tak terduga) sebesar: 900.000 + 1.000.000 = 1.900.000.

Dengan perhitungan ini, dia berhasil mengubah penghasilannya mendekati angka pengeluaran yang 2 juta. Dia cukup butuh 100 ribu tambahan lagi, yang barangkali Allah yang akan menggenapkannya.

Saudaraku, janganlah merasa berkecil hati jika hanya mampu bersedekah 2,5%. Sedekah tersebut tetap akan mencukupi kebutuhan-kebutuhan kita, di dunia maupun akhirat, kalau kita bagus dalam amaliyah lainnya. Misalnya, bagus dalam mengerjakan shalat. Shalat dilakukan selalu berjamaah. Shalat dilakukan dengan menambah sunnah-sunnahnya; qabliyah ba’diyah, hajat, dhuha, tahajjud. Bagus juga dalam hubungan dengan orang tua, dengan keluarga, dengan tetangga, dengan kawan sekerja, kawan usaha. Ditambah bila maksiat dan keburukan sedikit, insya Allah, Allah mencukuplkan segala kebutuhan kita.

Segera buktikan ayat-ayat Allah bahwa itu akan tergantikan 10 kali lipat bahkan bisa lebih dari 700 kali lipat, anda mesti yakin. Berbagilah kepada sesama, kepada orang-orang yang disekitar anda yang lebih membutuhkan dan tunggulah keajaiban itu tidaklah lagi akan datang.

Jika itu terbukti, anda mesti menjadi orang yang ketagihan dalam berinfaq. Lihatlah orang-orang yang disekeliling anda yang lebih membutuhkan dari anda. Kunjungilah orang-orang yang tak mampu,

Alihkan belanja anda yang tadinya ke toko besar ke warung-warung kecil di sekitar anda, belanja sayuran kepada tukang sayur keliling, mudah-mudahan itu akan lebih membantu mereka

Siapkan apa yang akan anda petik

dakwatuna.com – “Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri….” (Al-Isra’:7)

Maha Suci Allah Yang telah menurunkan Islam melalui Rasul-Nya yang mulia. Islam menjadi bukan sekadar indah. Tapi, mudah dan penuh berkah. Seperti halnya hujan, siraman Islam mampu menumbuhkan bibit-bibit kebaikan yang pernah dianggap mati.

Setiap orang akan menuai apa yang ditanam

Tidak semua orang mampu berpikir panjang. Apalagi dengan perhitungan yang teliti. Itulah kenapa tidak sedikit yang melakukan sesuatu cuma buat keuntungan sesaat. “Yang penting saya untung, peduli amat orang lain!”

Padahal, alam mengajarkan bahwa aksi sama dengan reaksi. Apa yang diterima alam, itulah yang akan diberikan ke manusia. Ada banjir karena keseimbangan alam terganggu: penebangan hutan, buang sampah ke sungai, dan lain-lain.

Begitu pun dalam pergaulan sesama manusia. Kita akan menerima apa yang telah kita berikan. Jika kebaikan yang kita berikan, balasannya pun tak jauh dari kebaikan. Bahkan, mungkin lebih.

Para pedagang, baik barang dan jasa, paham sekali rumus ini. Kalau mereka ingin mendapat kebaikan dari konsumen, pancingannya pun dengan sesuatu yang baik. Ada pedagang yang menyediakan air minum kemasan gratis, keramahan para pelayan, bahkan ruangan khusus untuk menunggu. Mereka menganggap: konsumen adalah raja.

Dalam dakwah pun seperti itu. Dakwah akan diterima mudah jika seluruh kemasannya selalu baik: penyampaian yang santun, isi yang tidak meresahkan, perhatian yang tidak pernah putus, dan tentu saja, bukti kongkrit si penyampai yang selalu baik. Kalau ini yang terus bergulir, para pelaksana dakwah tidak perlu repot-repot mengarahkan ke mana suara umat saat partisipasi mereka dibutuhkan.

Jika kita tidak ingin keburukan, begitu pun orang lain

Semua orang ingin mendapatkan yang baik. Begitu pun sebaliknya. Tak ada yang ingin dapat yang buruk. Cuma masalahnya, sikap itu tidak diiringi dengan aksi yang positif. Ketika dapat ingin yang baik, tapi saat memberi selalu yang buruk.

Sebenarnya, ketika seorang melakukan sesuatu yang buruk, saat itu juga ia sedang berharap ada keburukan yang akan ia terima. Disadari atau tidak. Sayangnya, jarang yang mau bercermin diri: apa yang telah saya lakukan. Lebih banyak mana: baik atau buruk. Baru kemudian, kenapa orang lain berbuat buruk pada saya?

Al-Qur’an bahkan mengajarkan untuk membalas keburukan dengan cara yang terbaik. Allah swt. berfirman dalam surah Fushilat ayat 34. “Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.”

Ini memang berat. Ajaran ini lebih tinggi dari sekadar kebaikan berbalas kebaikan, dan keburukan berbalas hal serupa. Lebih dari itu, memberikan reaksi dari sebuah keburukan dengan sudut pandang positif. Dan hasilnya sangat luar biasa. Keburukan bukan hanya hilang, tapi berganti dengan kebaikan.

Itulah yang dilakukan Rasulullah saw. saat penaklukan Mekah. Tak seorang pun yang ditakut-takuti, disiksa, atau hukum mati tanpa sebab. Justru, yang keluar dari mulut Rasulullah saw. adalah pengampunan dan perdamaian. Inilah yang menjadikan Mekah berubah seratus delapan puluh derajat. Drastis! Orang yang dulu memusuhi Islam menjadi pembela Islam.

Berpikirlah apa yang bisa diberikan, bukan yang diterima

Semangat berbuat baik memang tidak akan tumbuh dari mereka yang punya sikap pasif. Ketika yang dipikirkan seseorang cuma bagaimana menerima, darimana datangnya penerimaan; seluruh otot aktivitasnya menjadi mandul. Semangat berbuat baiknya sudah mati sebelum fisiknya benar-benar mati.

Tentunya, sulit mendapatkan sesuatu yang positif dari orang tipe ini. Jangankan membalas keburukan dengan kebaikan, mengawali kebaikan pun terasa berat. Semua aktivitasnya terkungkung dalam kalkulator sempit. Hitungannya selalu pada keuntungan materi sesaat. Bukan sesuatu yang lebih mahal dari sekadar materi. Antara lain, ketenangan, keharmonisan, cinta dan persaudaraan.

Tokoh Anwar Ibrahim mungkin salah satu contoh baik. Mantan Wakil Perdana Menteri Malaysia ini pernah difitnah secara keji. Tidak tanggung-tanggung, ia dituduh pelaku korupsi dan kejahatan homoseksual. Namun, seluruh warga tempat tinggalnya siap menjadi saksi: bahwa Anwar mustahil seperti yang dituduhkan. Itulah buah baik yang selama ini telah ditanam Anwar. Masyarakat sekitarnya, tanpa diminta pun, siap menjadi pembela.

Siapkan awal buat akhir, bukan sebaliknya

Seorang mukmin punya visi tersendiri tentang amal kebaikan. Kebaikan bukan sekadar tuntutan pergaulan universal, tapi sebagai bekal di hari kemudian. Itulah investasi atau tabungan yang tidak pernah rugi.

Allah swt. berfirman, “Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat). Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Al-Hasyr:18)

Masalahnya, kesadaran itu kadang larut dengan gemerlap dunia materialistis. Kebaikan bergeser dari tabungan buat akhirat menjadi hitung-hitungan untung rugi. Berapa yang telah dikeluarkan, dan berapa yang akan diterima. Inilah akhirnya, orang menjadi miskin bekal. Jika itu yang terjadi, kesudahan selalu berujung pada penyesalan.

Maha Benar Allah swt. dalam firman-Nya, “Siapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan siapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.” (Al-Zalzalah:7-8)

Sumber : http://www.dakwatuna.com/2008/siapkan-apa-yang-akan-anda-petik/

Friday, March 9, 2012

Orang - orang yang Didoakan oleh Malaikat

Oleh : Syaikh Dr. Fadhl Ilahi

Allah SWT berfirman, "Sebenarnya (malaikat - malaikat itu) adalah hamba - hamba yang dimuliakan, mereka tidak mendahului-Nya dengan perkataan dan mereka mengerjakan perintah - perintah-Nya.  Allah mengetahui segala sesuatu yang dihadapan mereka dan yang dibelakang mereka, dan mereka tidak memberikan syafa'at melainkan kepada orang - orang yang diridhai Allah, dan mereka selalu berhati - hati karena takut kepada-Nya" (QS Al Anbiyaa' 26-28)

Inilah orang - orang yang didoakan oleh para malaikat :

  1. Orang yang tidur dalam keadaan bersuci.  Imam Ibnu Hibban meriwayatkan dari Abdullah bin Umar ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yang tidur dalam keadaan suci, maka malaikat akan bersamanya di dalam pakaiannya.  Dia tidak akan bangun hingga malaikat berdoa 'Ya Allah, ampunilah hambamu si fulan karena tidur dalam keadaan suci'" (hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wat Tarhib I/37)
  2. Orang yang duduk menunggu shalat.  Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Tidaklah salah seorang diantara kalian yang duduk menunggu shalat, selama ia berada dalam keadaan suci, kecuali para malaikat akan mendoakannya 'Ya Allah, ampunilah ia.  Ya Allah sayangilah ia'" (Shahih Muslim no. 469)
  3. Orang - orang yang berada di shaf bagian depan di dalam shalat.  Imam Abu Dawud (dan Ibnu Khuzaimah) dari Barra' bin 'Azib ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada (orang - orang) yang berada pada shaf - shaf terdepan" (hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud I/130)
  4. Orang - orang yang menyambung shaf (tidak membiarkan sebuah kekosongan di dalm shaf).  Para Imam yaitu Ahmad, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dan Al Hakim meriwayatkan dari Aisyah ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah dan para malaikat selalu bershalawat kepada orang - orang yang menyambung shaf - shaf" (hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wat Tarhib I/272)
  5. Para malaikat mengucapkan 'Amin' ketika seorang Imam selesai membaca Al Fatihah. Imam Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Jika seorang Imam membaca 'ghairil maghdhuubi 'alaihim waladh dhaalinn', maka ucapkanlah oleh kalian 'aamiin', karena barangsiapa ucapannya itu bertepatan dengan ucapan malaikat, maka ia akan diampuni dosanya yang masa lalu" (Shahih Bukhari no. 782)
  6. Orang yang duduk di tempat shalatnya setelah melakukan shalat.  Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Para malaikat akan selalu bershalawat kepada salah satu diantara kalian selama ia ada di dalam tempat shalat dimana ia melakukan shalat, selama ia belum batal wudhunya, (para malaikat) berkata, 'Ya Allah ampunilah dan sayangilah ia'" (Al Musnad no. 8106, Syaikh Ahmad Syakir menshahihkan hadits ini)
  7. Orang - orang yang melakukan shalat shubuh dan 'ashar secara berjama'ah. Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Para malaikat berkumpul pada saat shalat shubuh lalu para malaikat ( yang menyertai hamba) pada malam hari (yang sudah bertugas malam hari hingga shubuh) naik (ke langit), dan malaikat pada siang hari tetap tinggal.  Kemudian mereka berkumpul lagi pada waktu shalat 'ashar dan malaikat yang ditugaskan pada siang hari (hingga shalat 'ashar) naik (ke langit) sedangkan malaikat yang bertugas pada malam hari tetap tinggal, lalu Allah bertanya kepada mereka, 'Bagaimana kalian meninggalkan hambaku ?', mereka menjawab, 'Kami datang sedangkan mereka sedang melakukan shalat dan kami tinggalkan mereka sedangkan mereka sedang melakukan shalat, maka ampunilah mereka pada hari kiamat'" (Al Musnad no. 9140, hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Ahmad Syakir)
  8. Orang yang mendoakan saudaranya tanpa sepengetahuan orang yang didoakan.  Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Ummud Darda' ra., bahwasannya Rasulullah SAW bersabda, "Doa seorang muslim untuk saudaranya yang dilakukan tanpa sepengetahuan orang yang didoakannya adalah doa yang akan dikabulkan.  Pada kepalanya ada seorang malaikat yang menjadi wakil baginya, setiap kali dia berdoa untuk saudaranya dengan sebuah kebaikan, maka malaikat tersebut berkata 'aamiin dan engkaupun mendapatkan apa yang ia dapatkan'" (Shahih Muslim no. 2733)
  9. Orang - orang yang berinfak.  Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Tidak satu hari pun dimana pagi harinya seorang hamba ada padanya kecuali 2 malaikat turun kepadanya, salah satu diantara keduanya berkata, 'Ya Allah, berikanlah ganti bagi orang yang berinfak'.  Dan lainnya berkata, 'Ya Allah, hancurkanlah harta orang yang pelit'" (Shahih Bukhari no. 1442 dan Shahih Muslim no. 1010)
  10. Orang yang makan sahur. Imam Ibnu Hibban dan Imam Ath Thabrani, meriwayaatkan dari Abdullah bin Umar ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada orang - orang yang makan sahur" (hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhiib wat Tarhiib I/519)
  11. Orang yang menjenguk orang sakit.  Imam Ahmad meriwayatkan dari 'Ali bin Abi Thalib ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Tidaklah seorang mukmin menjenguk saudaranya kecuali Allah akan mengutus 70.000 malaikat untuknya yang akan bershalawat kepadanya di waktu siang kapan saja hingga sore dan di waktu malam kapan saja hingga shubuh" (Al Musnad no. 754, Syaikh Ahmad Syakir berkomentar, "Sanadnya shahih")
  12. Seseorang yang mengajarkan kebaikan kepada orang lain.  Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dari Abu Umamah Al Bahily ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Keutamaan seorang alim atas seorang ahli ibadah bagaikan keutamaanku atas seorang yang paling rendah diantara kalian.  Sesungguhnya penghuni langit dan bumi, bahkan semut yang di dalam lubangnya dan bahkan ikan, semuanya bershalawat kepada orang yang mengajarkan kebaikan kepada orang lain" (dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Kitab Shahih At Tirmidzi II/343)

Maraji' :
Disarikan dari Buku Orang - orang yang Didoakan Malaikat, Syaikh Fadhl Ilahi, Pustaka Ibnu Katsir, Bogor, Cetakan Pertama, Februari 2005

Tuesday, March 6, 2012

Asbabun Nuzul Qs Al-Hasyr [59]ayat 7

Ketika Rosululloh SAW bermukim di Madinah, beliau berkata kepada kaum Ansor bahwa kaum dari golongan muhajirin yang ada di Mekkah akan berhijrah ke Madinah maka beliau meminta kepada kaum dari golongan Ansor untuk memberikan sebagian hartanya dengan menyiapkan kamar-kamar dan makanan kepada kaum Muhajirin, Jika kaum dari golongan Ansor tidak mau memberikan sedikit hartanya, maka harta rampasan bagi kaum Ansor tidak ada jatah baginya dan akan diberikan kepada kaum Muhajirin. Dari golongan kaum Ansor lantas berkata bahwa kami akan menyiapkan papan untuk kaum muhajirin dan tidak akan mengambil bagian dari harta rampasan.

maka turunlah ayat :

مَا أَفَاءَ اللَّهُ عَلَى رَسُولِهِ مِنْ أَهْلِ الْقُرَى فَلِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ وَلِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَابْنِ السَّبِيلِ كَيْ لَا يَكُونَ دُولَةً بَيْنَ الْأَغْنِيَاءِ مِنْكُمْ وَمَا ءَاتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ

Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya yang berasal dari penduduk kota-kota maka adalah untuk Allah, Rasul, kerabat Rasul, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah; dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya.

Sunday, March 4, 2012

Asbabun Nuzul QS. Al Maidah ayat 101

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menanyakan (kepada Nabimu) hal-hal yang jika diterangkan kepadamu, niscaya menyusahkan kamu dan jika kamu menanyakannya di waktu Al quran itu sedang diturunkan, niscaya akan diterangkan kepadamu. Allah memaafkan (kamu) tentang hal-hal itu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun.
(QS. Al Maidah: 101)

Bukhari (9/349): “Mundzir bin al walid bin Abdurrahman al Jarudi telah menceritakan kepada kami, bapakku telah menceritakan kepada kami Syu’bah telah menceritakan kepada kami dari Musa bin Anas dari Anas radhiyallah ‘anhu ia berkata: “Nabi shalallahu ‘alahi wassalam berkhutbah sebuah khutbah yang aku sama sekali belum pernah mendengar sepertinya. Beliau bersabda: “Sekiranya kalian mengetahui apa yang aku ketahui pastilah kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis.” Ia berkata: “Maka para sahabat Nabi menutupi wajah mereka mengeluarkan suara sengau (tangisan). Tiba-tiba seseorang ada yang bertanya: “Siapa bapakku?” Beliau berkata: “Fulan.” Maka turunlah ayat ini: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menanyakan (kepada Nabimu) hal-hal yang jika diterangkan kepadamu..

Dan an Nadhr serta Rauh bin ‘Ubadah meriwayatkannya dari Syu’bah.

Hadits ini diriwayatkan oleh Muslim (15/11 dan 12), Tirmidzi (4/99), Imam Ahmad (3/206) dan Ibnu Jarir (7/80).

Bukhari rahimahullah berkata (9/351): al Fadhl bin Sahl telah menceritakan kepadaku, Abu an Nadhr telah menceritakan kepada kami, Abu Khaitsamah telah menceritakan kepada kami, Abu al Juwairiyyah telah menceritakan kepada kami dari Ibnu Abbas radhiyallah ‘anhu ia berkata: “Orang-orang menanyakan kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam sekadar untuk mengolok-olok. Maka seseorang ada yang berkata: “Siapa bapakku?” Seorang yang lain yang untanya tersesat berkata: “Dimanakah untaku?” Maka Allah kemudian menurunkan ayat ini berkenaan dengan mereka: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menanyakan (kepada Nabimu) hal-hal yang jika diterangkan kepadamu..” hingga selesai ayat. Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim (3/37).

Ath Thabari rahimahullah berkata (7/82): Muhammad bin Ali bin al Hasan bi Syaqiq ia berkata: Aku mendengar bapakku berkata: al Husain bin Waqid telah mengkhabarkan kepada kami dari Muhammad bin Ziyad ia berkata: Aku mendengar Abu Hurairah berkata: Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam berkhutbah pada kami, beliau bersabda: “Wahai manusia, Allah telah mewajibkan ibadah haji kepada kalian.” Lalu Muhsin al Asadi berdiri seraya menanyakan: “Apakah pada setiap tahun wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: “Adapun aku seandainya aku mengatakan ‘Ya’, pastilah menjadi wajib. Dan sekiranya menjadi wajib lalu kalian meninggalkannya pastilah kalian tersesat. Diamlah kalian dari apa yang didiamkan dari kalian. Karena sesungguhnya kehancuran umat sebelum kalian itu adalah disebabkan pertanyaan mereka dan pertentangan mereka terhadap Nabi-Nabinya.” Kemudian Allah menurunkan firman-Nya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menanyakan (kepada Nabimu) hal-hal yang jika diterangkan kepadamu…” hingga akhir ayat.

Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah (4/109) sedangkan asal haditsnya dari Muslim.

Ibnu Jarir rahimahullah (7/82) berkata: Zakariyya bin Yahya bin Aban al Mishri telah menceritakan kepada kami, ia berkata: Abu Zaid Abdurrahman bin Abil Ghamr telah menceritakan kepada kam ia berkata: Abu Muthi’ Mu’awiyyah bin Yahya telah menceritakan kepada kami dari Shafwan bin Amr ia berkata: Salim bin Amr telah menceritakan kepadaku ia berkata: Aku mendengar Aba Umamah al Bahili berkata: Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam berdiri di hadapan orang-orang, beliau bersabda: “Telah diwajibkan atas kalian haji.” Lalu seorang Arab Badui berdiri sambl mengatakan: “Apakah setiap tahun?” Ia berkata: “Maka ucapan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam meninggi, beliau diam dan ingin marah. Lalu terdiam lama. Kemudian berkata: “Mana yang bertanya tadi?” Maka Arab Badui itu berkata: “Aku.” Beliau berkata: “Celaka engkau, apakah ada rasa aman bagimu jika aku mengatakan ‘Ya.’ Sekiranya aku mengatakannya pastilah menjadi wajib, kalau ia menjadi wajib, kalian akan mengingkarinya. Ingatlah bahwasanya kehancuran umat sebelum kalian adalah karena para imam yang memberatkan, demi Allah kalau sekiranya aku menghalakan bagi kalian semua yang ada di bumi ini dan aku haramkan atas kalian sebesar lubang sepatu, pastilah kalian akan terjerumus padanya.” Ia berkata: “Maka ketika itu Allah Ta’ala menurunkan ayat: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menanyakan (kepada Nabimu) hal-hal yang jika diterangkan kepadamu…” hingga akhir ayat.

Thabrani rahimahullah berkata (8/186): “Abu Zinba’ Ruh telah menceritakan kepada kami, Ibnul Faraj telah menceritakan kepada kami, Abu Zaid bin Abil Ghamr telah menceritakan kepada kami dengannya. Abdurrahman bin Abil Ghamr telah meriwayatkan darinya sekelompok ulama tetapi tidak ada yang ulama mu’tabar yang mentsiqahkannya. Namun ia layak sebagai syawahid dan mutaba’aat. Dan Abu Muthi’ Mu’awiyyah bin Yahya diperselisihkan. Yang nampak adalah bahwasanya ia hasan haditsnya. Dan hadits ini dianggap sebagai syahid bagi riwayat Abi Hurairah sebagaimana anda lihat.

Inilah tiga sabab an nuzul. Karena yang pertama yaitu Abdullah bin Hudzafah ia tidak bertanya untuk mengolok-olok. Akan tetapi al-Hafizh dalam Fath al-Bari (9/351) berkata: “Tidak ada penghalang jika semuanya itu adalah sabab an-nuzul ayat. Wallahu a’lam.


Dan ia berkata (352): “Kesimpulannya bahwasanya ayat ini turun disebabkan banyaknya pertanyaan, baik itu pertanyaan yang bernada mengolok-olok dan menguji maupun yang menyusahkan yaitu yang apabila tidak ditanyakan pastilah hukumnya mubah.” Selesai.

—————————————————————————

Sumber: Syaikh Muqbil bin Hadi al Wadi’i, Shahih Asbabun Nuzul: Seleksi Hadits-Hadits Shahih Sebab Turunnya Ayat-Ayat Al-Qur’an, (Jakarta: Pustaka as-Sunnah, 2010), hal. 208-211.

http://gamaufiz.wordpress.com/2011/09/22/asbabun-nuzul-qs-al-maidah-ayat-101/

Asbâbun Nuzûl Surat ali-‘Imran (3), ayat: 79-80

 

مَا كَانَ لِبَشَرٍ أَنْ يُؤْتِيَهُ اللَّهُ الْكِتَابَ وَالْحُكْمَ وَالنُّبُوَّةَ ثُمَّ يَقُولَ لِلنَّاسِ كُونُوا عِبَادًا لِي مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلَكِنْ كُونُوا رَبَّانِيِّينَ بِمَا كُنْتُمْ تُعَلِّمُونَ الْكِتَابَ وَبِمَا كُنْتُمْ تَدْرُسُونَ (٧٩)

وَلا يَأْمُرَكُمْ أَنْ تَتَّخِذُوا الْمَلائِكَةَ وَالنَّبِيِّينَ أَرْبَابًا أَيَأْمُرُكُمْ بِالْكُفْرِ بَعْدَ إِذْ أَنْتُمْ مُسْلِمُونَ (٨٠)

79. Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya al Kitab, Hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia: "Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah." Akan tetapi (dia berkata): "Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan al-kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya.

80. dan (tidak wajar pula baginya) menyuruhmu menjadikan Malaikat dan para Nabi sebagai tuhan. Apakah (patut) dia menyuruhmu berbuat kekafiran di waktu kamu sudah (menganut agama) Islam?".

Imâm Jalâludin ash-Suyûthî mengeluarkan dalam Lubâb an-Nuqûli fî Asbâb an-Nuzûlinya(Juz. 3, 3/ali-‘Imran) dengan menisbahkan kepada Ibnu Ishâq dalam Tafsîr Ishâq bin Rahawaihnya dan menisbahkan kepada al-Baihaqî dalam Sunan al-Baihaqînya:

“Dikemukakan oleh Ibnu Ishâq dan al-Baihaqî yang bersumber dari Ibnu Abbas. Ibnu Abbas berkata: “Abu Rafi’ al-Qurthubî ketika Pendeta-pendeta Yahudi dan orang-orang Nasrani dari suku Najran berkumpul dihadapan Rasulullah SAW yang diajak masuk Islam, mereka (Pendeta-pendeta Yahudi dan orang-orang Nasrani dari suku Najran) berkata: “Apakah kamu, ya Muhammad, menginginkan kami menyembahmu seperti orang-orang Nasrani menyembah Isa?”. Beliau (Nabi SAW) bersabda: “Ma’adzallah (saya berlindung kepada Allah daripada itu)”. Maka Allah menurunkan ayat ini:

مَا كَانَ لِبَشَرٍ أَنْ يُؤْتِيَهُ اللَّهُ الْكِتَابَ وَالْحُكْمَ وَالنُّبُوَّةَ ثُمَّ يَقُولَ لِلنَّاسِ كُونُوا عِبَادًا لِي مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلَكِنْ كُونُوا رَبَّانِيِّينَ بِمَا كُنْتُمْ تُعَلِّمُونَ الْكِتَابَ وَبِمَا كُنْتُمْ تَدْرُسُونَ (٧٩)

وَلا يَأْمُرَكُمْ أَنْ تَتَّخِذُوا الْمَلائِكَةَ وَالنَّبِيِّينَ أَرْبَابًا أَيَأْمُرُكُمْ بِالْكُفْرِ بَعْدَ إِذْ أَنْتُمْ مُسْلِمُونَ (٨٠)

79. Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya al-Kitab, Hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia: "Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah." Akan tetapi (dia berkata): "Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan al-kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya.

80. dan (tidak wajar pula baginya) menyuruhmu menjadikan Malaikat dan para Nabi sebagai tuhan. Apakah (patut) dia menyuruhmu berbuat kekafiran di waktu kamu sudah (menganut agama) Islam?".

source : http://jatisarwoedy.blogspot.com/2011/05/asbabun-nuzul-surat-ali-imran-3-ayat-79.html

Asbâbun Nuzûl Surat ali-‘Imran (3), Ayat: 190

 
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَاخْتِلافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لآيَاتٍ لأولِي الألْبَابِ (١٩٠)

190. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.

Imâm Jalâludin as-Suyûthî mengeluarkan dalam Lubâb an-Nuqûli fî Asbâb an-Nuzûlinya (Juz. 4, 3/ali-‘Imran) dengan menisbahkan kepada ath-Thabranî dalam al-Mu’jam al-Kabîrnya, serta menisbahkan kepada Ibnu Abî Hâtim dalam Tafsîr Ibn Abî Hâtimnya:

“Dikemukakan oleh ath-Thabranî dan Ibnu Abî Hâtim yang bersumber dari ‘Abdullâh bin ‘Abbâs. ‘Abdullâh bin ‘Abbâs berkata: “Orang-orang Quraisy datang kepada orang-orang Yahudi, lalu bertanya: “Mu’jizat apa yang dibawa (Nabi) Musa sebagai ayat-ayat (tanda-tanda atas kebesaran dan kekuasaan Allah SWT)?”. Mereka (orang-orang Yahudi) pun menjawab: “Tongkatnya dan tangannya (Nabi Musa) yang bersinar bagi orang-orang yang memandang”. Lantas orang-orang Quraisy itu pun datang kepada orang-orang Nashrani dan bertanya: “Bagaimana keadaan (mu’jizat yang dibawa Nabi) ‘Isa?”. Mereka (orang-orang Nashrani) menjawab: “Dia (Nabi ‘Isa) dapat menyembuhkan orang buta sejak lahir, orang yang berpenyakit sopak dan dapat menghidupkan orang mati”. Kemudian mereka (Orang-orang Quraisy) datang menghadap Nabi SAW. dan berkata: “Berdoa-lah kepada Tuhanmu, agar gunung Shafâ itu dijadikan emas untuk kami (Orang-orang Quraisy)!”. Maka berdoa-lah beliau (Nabi SAW.) kepada Tuhannya (yaitu Allah SWT). Lalu turunlah ayat ini:

إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَاخْتِلافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لآيَاتٍ لأولِي الألْبَابِ (١٩٠)

190. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.

“Maka berfikirlah kamu sekalian tentang kejadian tersebut”.

source :

http://jatisarwoedy.blogspot.com/2011/09/asbabun-nuzul-surat-ali-imran-3-ayat_20.html

BIBLIOGRAFI

Al-Mu’jam al-Kabîr (ath-Thabranî/Sulaiman bin Ahmad ath-Thabranî).

Lubâb an-Nuqûli fî Asbâb an-Nuzûli (as-Suyûthî/Imâm Jalâludin as-Suyûthî).

Tafsîr Ibn Abî Hâtim (Ibnu Abî Hâtim).

Saturday, March 3, 2012

Asbabun Nuzul_surat An Nisa 11

Umrah binti Hazm, istri Sa’d ibn al-Rabi, menghadap kepada Rasulullah SAW lalu berkata seraya menunjuk kepada dua anak kecil di sisinya, “Wahai Rasulullah, ini adalah dua putri Sa’d ibn Al-Rabi. Ayah mereka gugur di medan perang Uhud sehingga mereka kini yatim. Derita semakin berat karena paman mereka mengambil harta mereka tanpa menyisakan sedikit pun. Tentu saja kedua anak ini tidak akan bisa menikah tanpa  harta.”

Rasulullah kemudian terbayang sosok dan kewiraan Sa’d ibn Al-Rabi ketika berperang melindungi beliau. Selain itu Rasul juga iba pada kedua anak itu. Namun beliau belum bisa menetapkan keputusan yang akan berkaitan dengan hak waris dari ayah mereka. Akhirnya Rasul bersabda, “Allah akan menurunkan ketetapan mengenainya.”

Tidak lama berselang, Allah menurunkan ayat Al Qur’an kepada Rasulullah yaitu Surat An Nisa ayat 11 yang berbunyi:

“Allah mensyari’atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu. Yaitu :bagian seorang anak lelaki sama dengan bagian dua orang anak perempuan; dan jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua, maka bagi mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan; jika anak perempuan itu seorang saja, maka ia memperoleh separo harta. Dan untuk dua orang ibu-bapa, bagi masing-masingnya seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika yang meninggal itu mempunyai anak; jika orang yang meninggal tidak mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibu-bapanya (saja), maka ibunya mendapat sepertiga; jika yang meninggal itu mempunyai beberapa saudara, maka ibunya mendapat seperenam. (Pembagian-pembagian tersebut di atas) sesudah dipenuhi wasiat yang ia buat atau (dan) sesudah dibayar hutangnya. (Tentang) orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih dekat (banyak) manfaatnya bagimu. Ini adalah ketetapan dari Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.

Begitulah Al Quran memutuskan bagian untuk dua anak perempuan itu. Kemudian Rasul mengutus seseorang untuk menemui paman mereka dan berkata kepadanya,”Berikanlah dua pertiga harta pusaka Sa’d kepada dua putrinya dan sisanya menjadi milikmu.”

Istri Sa’d dan kedua putrinya menjadi perantara bagi turunnya ketetapan Al Quran mengenai hukum waris, suatu ketetapan yang berlaku hingga kini.

source :

Al Quran

Asbabun Nuzul untuk Zaman Kita karya Fathi Fawzi ‘Abd Al Mu’thi

http://tumbuhkeatas.wordpress.com/2011/10/25/seri-asbabun-nuzul-surat-an-nisa-11/